Perang dunia II
Perang dDunia II, secara resmi mulai berkecamik pada 1
September sampai 14 Agustus 1945. Umumnya dapat dikatakan bahwa peperangan
dapat dimulai pada saat penduduk Jerman di Polandia pada 1 September 1939.
Meskipun demikian ada yang berpendapat bahwa perang sebenarnya sudah mulai
lebih awal, yaitu pada 1 Maret 1937 ketika jepang menduduki Manchuria. Sampai
saat ini, perang ini adalah perang yang paling dahsyat pernah terjadi di muka
bumi. Kurang lebih 50 juta orang tewas dalam konflik ini.
Lahirnya
negara-negara Fasis.
Negara fasis adalah negara yang menjelajahi kekuasaan
pemerintah dengan cara diktator sehingga rakyat tidak bebas mengeluarkan
pendapat. Sejak semula, fasisme sangat menentang komunisme, sosialisme, dan
liberalisme. Fasisme ingin membentuk negara otoriter-tottaliter.
Dalam negara otoriter-totaliter, seluruh aspek ekonomi,
sosial dan politik ditentukan oleh suatu partai penguasa. Kaum fasis sangat
mengutamakan perang dan disiplin militer. Selain itu, negara fasis mengembangkan
perasaan nasionalisme yang sangat berlebihan disertai dengan semangat heroisme
di kalangan masyarakat luas. Oleh sebab itu negara-negara fasis sangat agresif.
Hal ini merupakan salah satu penyebab pecahnya Perang Dunia II. Adapun
negara-negara yang melambangkan paham fasisme, yaitu Italia di bawah Mussolini,
Jerman di bawah Hitler, dan di bawah Kaisar Horoito.
Fasisme Italia di
bawah Mussolini
Tidak hanya negara yang kalah perang yang mengalami masalah
ekonomi dalam negrinya, tetapi negara –negara yang menang perang pun tidak
luput dalam krisis tersebut. Italia yang masuk dalam salah satu Blok Skutu pada
waktu Perang Dunia I mengalami masalh ekonomi
didalam negrinya sehingga mendorong timbulnya gerakan dari partai yang
menentang Raja Victor Immanuel III di bawah pimpinan Bento Mussolini melalui
Partai Fasis.
Meskipun Mussolini menganggap kekuasaan pemerintah secara
diktator setelah merebutnya dari tangan Raja Victor Immanuel III, ia tidak
berhasil memulihkan keadaan ekonomi negara. Dengan demikian, pemerintah
memutukan untuk mengalihkan perhatian rakyat dengan perang ke luar neggri,
yaitu merebut Abbesinia (Ethopia) pada 1934
Naziisme Jerman di
bawah Hitler
Adolf Hitler |
Sebagai negara yang kalah dalam perang dunia I, situasi
negara Jerman mengalami krisis ekonomi mengakibatkan rakyat tidak lagi
mempercayaai pemerintah sehingga mendorong timbulnya partai-partai baru yang
lebih bersifat keras, seperti partai Spartacis(komunis), Partai Sosial Demokrat
dan partai Nasional Sosialis. Partai terakhir ini disebut National Sozialistische Deuthsche Arbeiter Partei atu NAZI yang di
pinpin oleh Adolf Hitler. Kesengsaraan rakyat menurut Hitler di akibatkan
karena di akibatkan karena kalah perang.
Orang komunis dan Yahudi disebut sebagai pengacau ekonomi Jerman. Dalam
bukunya, Mein Kampf (perjuanganku), Hitler menyatakan bahwa dunia akan baik
jika dipimpin oleh orang-orang Jerman sebab orang Jerman ditakdirkan untuk
menguasai negara-negara lain. Selama memimpin Jerman, Hitler bertindak sangat
diktator. Hitler bercita-cita melaksanakan pemerintahan yang Lebensraum (memperluas ruang hidup).
Militerisme Jepang di
bawah Kaisar Hirohito
Kaisar Hirohito |
Pada masa kekaisaran Hirohito, perindustrian jepang semakin
berkembang dan kehidupan politik bertumpu dengan kuat pada pemerintahan
Parlementer. Akan tetapi,memunculkan faktor-faktor baru pada masa itu dapat
merusak dan menurunkan wibawa dan pengaruh partai-partai politik, antara lain
kehidupan perekonomian bangsa Jepang semakin tidak menentu. Selain itu,
kepercayaan rakyat terhadap partai politik semakim merosot karena beberapa
skandal di muka umum. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kaum ekstrimis dan kaum
militer sehingga memperburuk keadaan Jepang saat itu. Bahkan, partai politik
digabungkan dan rakyat dipaksa untuk berperang melawan Cina.
Sejarah partai politik Jepang berakhir dengan
dihapusnya seluruh partai dan digantikan dengan sebuah gabungan partai nasional
yang hanya formalitas saja. Sama halnya dengan fungsi parlemen yang kurang
mampu menyumbangkan gagasan atau menyaring berbagai kebijakan dari penguasa.
Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya perang pasifik pada 1942